Seorang aktor ditugaskan memerankan tokoh antagonis yang kejam namun memiliki trauma masa kecil yang mendalam. Dalam sebuah adegan krusial, sang aktor memilih untuk menampilkan ekspresi wajah yang datar dan suara yang pelan, alih-alih berteriak atau menunjukkan kemarahan yang eksplosif. Apa potensi alasan artistik di balik pilihan interpretasi aktor tersebut?