Sebuah restoran modern di Yogyakarta berencana meluncurkan menu baru dengan nama-nama yang terinspirasi dari kuliner tradisional Jawa. Untuk menarik pasar lokal dan turis asing, mereka ingin menyertakan deskripsi menu dalam Bahasa Jawa dan Bahasa Inggris pada buku menu. Tim desain grafis menemukan bahwa beberapa nama menu dan deskripsinya dalam Bahasa Jawa mengandung filosofi mendalam yang sulit diterjemahkan secara literal tanpa kehilangan makna. Contohnya, 'Dawet Ayu' atau 'Nasi Liwet Solo'. Bagaimana seharusnya tim restoran menanggapi tantangan ini agar pesan tetap tersampaikan dengan baik dan menarik?