Seorang staf pengadaan barang, lulusan SMK Logistik, sedang dalam proses memilih pemasok untuk bahan baku utama. Ia menemukan dua opsi: pemasok A menawarkan harga termurah, namun ada rumor kuat bahwa mereka mempekerjakan buruh anak di rantai pasoknya di negara lain. Pemasok B menawarkan harga sedikit lebih tinggi, tetapi memiliki sertifikasi praktik ketenagakerjaan yang etis. Dalam perspektif etika bisnis Katolik dan keadilan sosial, keputusan mana yang paling tepat?