Seseorang seringkali kewalahan oleh gejolak emosi negatif yang intens, seperti kemarahan yang meledak-ledak, kecemasan yang melumpuhkan, atau kesedihan yang tak berkesudahan. Ia kesulitan mengelola emosi-emosi ini dan sering bertindak impulsif. Bagaimana integrasi praktik Samatha (meditasi ketenangan) dan Vipassana (meditasi pandangan terang) secara simultan dapat membimbing individu tersebut untuk tidak hanya meredakan respons emosional awal, tetapi juga mengembangkan pemahaman mendalam tentang akar emosi, sehingga mencapai regulasi emosi dan ketahanan mental yang berkelanjutan?

B. Samatha membantu menenangkan gejolak emosi awal, menciptakan ruang kesadaran yang memungkinkan individu untuk tidak langsung bereaksi. Kemudian, Vipassana memungkinkan individu untuk mengamati emosi yang tenang itu dengan pandangan terang, memahami sifatnya yang tidak kekal (anicca), tidak memuaskan (dukkha), dan tanpa inti diri (anatta), sehingga memutus rantai kemelekatan pada emosi tersebut dan mengurangi kekuatannya secara fundamental.

Sebuah negara sedang menghadapi masalah kesenjangan ekonomi yang parah, di mana sebagian kecil penduduk sangat kaya sementara sebagian besar hidup dalam kemiskinan. Dalam konteks prinsip-prinsip ekonomi Buddhis yang menekankan pada Dana (kedermawanan), Karunā (kasih sayang), dan Samma Ajiva (mata pencarian benar), bagaimana kebijakan ekonomi negara tersebut dapat diarahkan untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera?

Menerapkan kebijakan yang mendorong distribusi kekayaan yang lebih merata, seperti pajak progresif atau program kesejahteraan sosial, yang didasari oleh prinsip kedermawanan, empati, dan mata pencarian yang tidak mengeksploitasi.

Latihan Soal Simulasi Ujian Nasional - agama Kelas 12

No. 1

Seorang guru dihadapkan pada murid yang selalu membuat gaduh, mengganggu teman, dan tidak pernah mengerjakan tugas. Guru tersebut merasa frustrasi dan ingin memberikan hukuman berat. Namun, ia teringat ajaran Metta (Cinta Kasih) dan Karuna (Belas Kasih). Bagaimana guru tersebut sebaiknya menerapkan ajaran ini dalam menyikapi perilaku muridnya secara konstruktif?