Dalam menghadapi pendudukan Jepang, kaum nasionalis Indonesia terbagi dalam dua strategi utama: kooperasi (bekerja sama dengan Jepang, seperti Soekarno dan Hatta) dan non-kooperasi (gerakan bawah tanah, seperti Sutan Sjahrir dan Tan Malaka). Jika dilihat dari perspektif keberlanjutan perjuangan kemerdekaan Indonesia, strategi manakah yang terbukti paling efektif dalam meletakkan dasar bagi Proklamasi Kemerdekaan 1945, dan mengapa?

Keduanya memiliki peran komplementer: kooperasi memanfaatkan celah untuk mobilisasi massa dan menggalang pengalaman politik, sementara non-kooperasi menjaga semangat perlawanan dan kemurnian tujuan.

Kebijakan 'Nipponisasi' atau upaya memasukkan nilai-nilai dan budaya Jepang ke dalam masyarakat Indonesia, seperti kewajiban 'Seikerei' (penghormatan kepada Kaisar Jepang), menimbulkan berbagai reaksi. Mengapa kebijakan ini, alih-alih mempersatukan, justru seringkali memicu sentimen anti-Jepang dan memperkuat identitas keindonesiaan?

Karena Seikerei bertentangan dengan ajaran agama mayoritas di Indonesia, terutama Islam, yang hanya menyembah Tuhan.

Latihan Soal Bab 6: Pendudukan Jepang - sejarah Kelas 11

No. 1

Meskipun seringkali berakhir dengan penumpasan oleh militer Jepang, berbagai perlawanan bersenjata rakyat di daerah, seperti Perlawanan PETA di Blitar, Perlawanan Singaparna di Tasikmalaya, dan Perlawanan Cot Plieng di Aceh, tetap muncul selama pendudukan Jepang. Mengapa, meskipun secara militer kalah, perlawanan-perlawanan lokal ini memiliki signifikansi yang besar dalam konteks perjuangan kemerdekaan Indonesia secara nasional?