Keluarga Bapak Anton selalu mengadakan kebaktian rumah tangga setiap malam Minggu. Namun, anak sulung mereka, Bima (17 tahun), merasa ritual ini kuno dan tidak relevan dengan kehidupannya yang sibuk. Bima berpendapat bahwa yang terpenting adalah hidup baik secara pribadi, bukan sekadar mengikuti tradisi keluarga. Berdasarkan pemahaman Kristen tentang keluarga sebagai unit dasar yang ditetapkan Allah (Kejadian 2:18-24 dan Efesus 5:22-6:4), bagaimana seharusnya keluarga Bapak Anton menyikapi pandangan Bima agar nilai-nilai iman tetap tertanam tanpa mematikan inisiatif dan pemikiran kritis Bima?

Mengadakan dialog terbuka dengan Bima, menjelaskan relevansi iman dalam konteks modern, serta mencari format kebaktian yang lebih partisipatif dan relevan bagi semua anggota keluarga.

Nenek Ani, meskipun sudah sepuh, selalu aktif menceritakan kisah-kisah Alkitab dan pengalaman imannya kepada cucu-cucunya. Namun, menantunya, Ibu Nia, merasa bahwa cara Nenek Ani bercerita terlalu kuno dan tidak relevan dengan zaman sekarang, sehingga Ibu Nia sering melarang Nenek Ani berinteraksi terlalu banyak dengan cucu-cucunya dalam konteks spiritual. Mengacu pada pentingnya pewarisan iman antar-generasi (Ulangan 4:9, Mazmur 78:4-7, 2 Timotius 1:5) dalam keluarga Kristen, evaluasilah sikap Ibu Nia dan implikasinya terhadap pembentukan iman cucu-cucu Nenek Ani.

Sikap Ibu Nia berisiko memutus rantai pewarisan iman yang kaya dari generasi sebelumnya, menghilangkan kesempatan cucu-cucu untuk belajar hikmat dan pengalaman rohani dari sesepuh, yang merupakan aset berharga dalam pertumbuhan iman.

Latihan Soal Bab 1: Allah dan Keluargaku - agama Kelas 11

No. 1

Keluarga Ibu Ester dikenal sering menerima tamu dan melayani orang lain di rumah mereka, bahkan orang yang tidak mereka kenal dekat. Tindakan ini mencerminkan salah satu nilai penting dalam etika keluarga Kristen, yaitu...